Metode Longline dan Metode Rakit Apung Pada Budidaya Kerang Hijau (Perna Viridis)
Kerang Hijau (Doc. Pribadi) |
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan jenis
kekerangan yang banyak dibudidayakan di wilayah pesisir. Persebarannya pun
sangat merata, hampir di seluruh wilayah pesisir Indonesia keberadaan kerang
hijau dapat di jumpai. Hal ini tidak terlepas dari faktor lingkungan perairan Indonesia
yang baik dan cocok digunakan sebagai lokasi budidaya kerang hijau.
Selain faktor
lingkungan, kerang hijau juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pasar kerang
hijau sangat luas dan mencangkup seluruh golongan dan lapisan masyrakat
Indonesia. Selain itu juga, budidaya kerang hijau relatif mudah. Teknologi yang
digunakan relatif sederhana namun efektif serta dapat di pelajari dengan mudah
oleh masyrakat, sehingga budidaya kerang hijau sangat digemari oleh masyarakat
pesisir dan merupakan salah satu alternatif usaha masyarakat untuk meningkatkan
pendapatan ekonominya.
Metode budidaya kerang
hijau yang sering di jumpai dan banyak di terapkan oleh masyarakat pembudidaya
adalah metode longline atau tali
rentang dan metode rakit apung. Metode longline
dan metode rakit apung merupakan metode budidaya kerang hijau yang sederhana
namum efektif. Konstruksi metode budidayanya mudah untuk di buat dan bahan
konstruksinya mudah di dapatkan dan harganya juga murah. Secara umum metode
budidaya longline dan rakit apung
memiliki kesamaan, yaitu menerapkan teknis pemeliharaan kerang hijau di dalam
basket / keranjang / atau jaring sebagai wadah kerang hijau yang akan di
besarkan di bagian kolom perairan. Namun, secara teknis terdapat perbedaan
seperti bentuk konstruksi, keperuntukan lokasi, pengoperasian alat, dan lain
sebagainya serta kelebihan dan kekurangan pada kedua metode tersebut.
Metode tanam kerang hijau (Doc. Pribadi) |
1. Metode Longline atau Tali Rentang |
Metode
longline dilakukan dengan merentang 2 (dua) utas tali penggantung
kolektor di antara 2 drum pelampung. Apabila kita memiliki persediaan drum
cukup banyak dapat dirangkai memanjang, sehingga kolektor yang akan digantungkan
jumlahnya dapat lebih besar. Jarak antara pelampung maksimal 10m.
Masing-masing
kolektor memiliki berat 30 – 40 gram. Jarak antar kolektor gantung yaitu 1 m. Kolektor
gantung dapat berupa asbes, tempurung kelapa, tali tambang untuk lokasi sumber
benih atau pun kolektor kantung benih, dimana benih sudah dimasukkan sebelumnya
dalam kantong untuk lokasi pembesaran kerang hijau.
a.
Kekurangan
metode longline
Metode
longline memiliki kekurangan dari
segi kekuatan konstruksinya, kebanyakan metode longline di wilayah pesisir menggunakan pelampung yang terbuat dari
botol bekas air mineral, penggunaan botol bekas air mineral ini dikarenakan
bahan yang mudah di dapat dan murah. Namun, botol air mineral tidak dapat
digunakan sebagai pelampung dalam waktu yang lama karena dapat cepat rusak jika
terkena air dan daya apungnya melemah.
Penggunaan
pelampung berbahan drum walaupun konstruksinya sangat kokoh dan memiliki daya
tahan yang kuat, namun drum memiliki harga yang mahal. Tidak semua masyrakat
pesisir pembudidaya kerang hijau mampu untuk membeli drum untuk membuat
rancangan metode longline.
Kekurangan
metode longline yang lainnya adalah tali
tempat mengingat wadah kerang yang dapat terpengaruh oleh arus perairan. Sehingga
jika metode ini di terapkan pada perairan yang arusnya kencang, maka wadah
kerang hijau akan selalu bergerak gerak, dan hal ini tentunya akan mengganggu
bagi kelangsungan hidup bagi kerang hijau itu sendiri.
b.
Kelebihan
metode longline
Metode
longline adalah metode yang sangat
sederhana dan mudah untuk di buat oleh masyarakat. Biaya pembuatan metode
longline sederhana juga relatif murah. Metode longline sangat efektif di terapkan di daerah pesisir dengan dasar
perairan berupa batu atau karang. Hal ini di karenakan konstruksi metode longline hampir tidak memanfaatkan
bagian substrat dasar karena metode ini hanya menggunakan bagian badan perairan
dimana konstruksinya di buat mengapung.
Metode
longline juga mempermudah dalam hal
panen dan tanam kerang hijau. Proses tanam dan panen dapat dilakukan di daratan
karena konstruksi metode ini sangat portable
dan dapat di pindah pindah sesuai dengan kondisi dan situasi yang terdapat pada
lapangan.
Metode
ini juga sangat memudahkan dalam hal kontrol kerang hijau dan tambal sulam
kerusakan konstruksi. Konsep konstruksi yang sangat sederhana memudahkan para
pembudidaya melakukan perbaikan di bagian bagian konstruksi yang rusak.
2. Metode Rakit Apung
Metode rakit digunakan
pada lokasi yang dikhususkan untuk pembesaran kerang hijau, bukan lokasi sumber
benih. Rakit dibuat dari bambu atau kayu atau kombinasi keduanya. Agar rakit tidak
mudah rusak dan tenggelam pada waktu pembudidaya bekerja di atasnya, sebaiknya
rakit disanggah oleh beberapa drum kosong yang sudah dicat anti karat atau dengan
mengunakan drum plastik, kemudian rakit dilengkapi dengan jangkar. Dengan
metode rakit ini benih-benih kerang hijau dapat dikumpulkan dengan mengunakan
kolektor jaring atau tali. Keuntungan dengan mengunakan metode ini adalah lebih
mudah dalam pemanenannya.
Rakit dapat berukuran
7x7m, terbuat dari bambu dan drum plastik digunakan sebagai pelampungnya.
Kolektor-kolektor yang digantungkan sebanyak
56 buah, terbuat dari tali PE berdiameter 2 cm dan panjang 1,5 m. Benih yang
berasal dari kolektor tancap ditransplantasikan ke lokasi pembesaran. Pengangkutan
dilakukan dengan sistem kering atau tanpa air. Ketahanan teknis pemakaian rakit
apung kira-kira 2 – 2,5 tahun
a.
Kekurangan
metode rakit apung
Metode
rakit apung secara sekilas hampir serupa dengan metode tali rentang. Hanya
saja, pada metode rakit apung menggunakan konstruksi berupa bambu yang
berfungsi untuk mengikatkan wadah kerang hijau agar mengapung. Kekurangan dari
metode rakit apung adalah konstruksinya yang sidikit lebih rumit dari metode longline, sehingga dalam hal persiapan
tanamnya akan memakan waktu lebih lama.
Metode
rakit apung juga menyulitkan pembudidaya untuk proses kontral kerang hijau. Rakit
apung yang di buat renket akan
membuat kerang hijau di bagian tengah rakit menjadi sulit untuk di jamah oleh
pembudidaya. Rakit apung yang memiliki ukuran sangat besar, akan membuat
pembudidaya merasa kesulitan untuk melakukan proses tanam dan panen kerang
hijau di daratan, walaupun kapasitasnya dapat mencangkup lebih banyak.
Metode
rakit apung juga rentan terhadap serangan dari organisme penempel seperti
tritip dan lumut. Karena konstruksi bambu adalah bahan yang sangat mudah untuk
di tempelei oleh organisme seperti tritip dan lumut yang notabene merupakan kompetitor
dari kerang hijau.
b.
Kelebihan
metode rakit apung
Kelebihan dari metode
rakit apung adalah konstruksinya yang lebih kuat dari metode longline. Metode rakit apung memiliki
usia ketahanan konstruksi yang lama sehingga tidak perlu membuat konstruksi
baru setiap periode tanamnya. Hal ini akan lebih menghemat biaya produksi yang
dikeluarkan oleh petani kerang hijau yang imbasnya akan meningkatkan pendapatan
dari selisih harga jual kerang hijau dan biaya produksi kerang hijau.
Metode rakit apung juga
memiliki kapasistas yang lebih besar ketimbang metode longline, karena metode ini dapat memanfaatkan sisi lebar dan
pajang dari rakit apung secara maksimal. Metode rakit apung juga bersifat portable, dan dapat di pindah pindah
sesuai dengan keadaan lingkungan. Konsep apung yang terdapat pada metode rakit
apung juga memungkinkan metode ini dapat menyesuaikan proses pasang surut
perairan yang menjamin kerang hijau akan selalu berada di perairan.