PangDay: ATM #02
Akhir bulan, waktunya gajian.
Akhirnya, gaji pertama dari Sawit. Tapi saya gak tau jumlahnya, karena saya gak
daftar sms banking, dan gajinya gak full. Saya kan gabungnya minggu ke dua,
jadi gajinya “proporsional”.
Saya penasaran, pingin ke ATM. Mau
liat berapa sih gajinya, sekaligus tebus kewajiban, transfer ke kantin, untuk
makan satu bulan kedepan. Ya, disini uang makan di uangkan, kalo mau masak
sendiri boleh, atau jika gak mau repot, patungan saja, biar dimasakan Ibu
kantin. Seperti saya ini.
Dari sini ATM memang gak banyak,
hanya ada tiga pilihan. Yang paling dekat itu di Kantor Sawit sebelah, punya PT.
MAJ, Sawitnya Eagle High Plantation, jaraknya 15km, kurang lebih 45 menit naik
motor. Ada lagi di Desa Kahala, pusat Kecamatan Kenohan, punya Bank BPD Kaltim,
agak jauh, sekitar 1 jam. Dan yang terakhir di Kecamatan Kembang Janggut, ini
yang paling jauh, tapi paling favorit, karena paling rame, bisa sambil belanja,
makan, dan potong rambut.
Bisa dibayangkan kerja di Kebun,
bukan cuma cari uangnya aja yang sulit, ngambil uangnya pun sulit juga.
Pantasan saja, para pekerja kasar,
mereka suka gajian tunai. Dibayar pakai uang kertas, yang jumlahnya gak
seberapa, yang bisa dikantongi, di saku kolor itu. Untuk Staff, suka
ditransfer, sekalian nabung katanya.
Karena cari praktis, saya ke PT. MAJ,
biar cepat. Sepanjang jalan cuma ada jalan tanah, dan pokok sawit, berbagai
umur. Lumayan bikin bingung, sesekali salah jalan, putar balik, dan juga sempat
keterusan. Bagi saya, blok Sawit itu terlihat sama semua.
Setelah tanya-tanya orang, akhirnya
sampai. Kaget juga, ditengah hutan, ada ATM nya, lengkap dengan AC. Luar biasa.
Saya masuk, kecewa, ATM nya mati.
Kurang beruntung, perjalanan jauh, gak berbuah hasil. Pulang sambil ngedumel,
huft.
Besoknya saya ke Desa Kahala. Sekalian,
kenalan sama Pak Camat, sebagai staff humas baru.
Pulang dari Rumah Pak Camat, mampir
ke Bank Kaltim. Gak jauh dari rumah Pak Camat, Cuma sekitar 200 meter saja,
tapi sayang, ATM nya rusak.
Saya gak habis pikir, satu kecamatan
ini cuma ada satu ATM, padahal kecamatan Kenohan ini sangat luas, setara satu
kota sedang di Jawa, dan masyarakatnya pun banyak. Saya bingung, mereka
transaksi pakai apa, uang tunai ?. Luar biasa. Saya jadi penasaran, seberapa
tebal dompet orang disini, jika harus bawa uang tunai kemana-kemana. Dan,
seberapa banyak uang tunai di rumah mereka, karena pastinya mereka harus stok
banyak uang tunai, bank saja hanya satu, itu pun jika mereka tabung uang di
bank.
Atau, justru masyarakatnya tidak
punya banyak uang ?. Entahlah.
Saya mulai panik, karena belum bayar
uang kantin. Mau ke Kembang Janggut pun mikir-mikir, ingat jauhnya itu, sudah
capek duluan.
Di SP Sebulu-Muara Kaman, tempat saya
kerja dulu, yang juga masih satu kabupaten, juga di Kutai Kartanegara. Perkara
ATM gak seribet ini, di SP (sebutan pemukiman eks. Transmigrasi 80’an) saja ada
tiga ATM, dengan bank berbeda, padahal itu bukan pusat Kecamatannya. Jaraknya
pun gak jauh, sektiar 10km dari Camp saya, dan jalannya sudah bagus, jadi cuma
15-20 menit saja pakai sepeda motor.
Di kampung saya, di Kec. Tenggarong
Seberang bahkan lebih mudah lagi. ATM sudah banyak sekali, berbagai bank ada,
tinggal pilih saja, asalkan ada saldonya, bebas.
Kecamatan Kenohan, sama-sama Kukar
nya. Nasipnya beda. Miris, dan kasihan.
Itu baru perkara ATM, belum yang
lain. Yang lainnya pun sama saja, kurang lebih saja. Agak miris buat
diceritakan, bayangkan saja sendiri, derita Kecamatan paling tertinggal di
Kutai Kartanegara ini.
Harusnya Kecamatan ini gak kayak
gini, gak tertinggal-tertinggal amat, khususnya untuk fasilitas dasar, macam
ATM ini, yang bisa dipercepat, gak tunggu pradabannya maju, atau masyarakatnya
kaya semua.
Mosok kalah sih ?. Sama Kembang
Janggut dan Tabang, yang jaraknya lebih jauh dari Tenggarong, pusat Kabupaten
itu. Yang konon lebih “metropolitan” dari Kenohan.