Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Restorasi Mangrove untuk Lingkungan yang Lebih Baik

Kerusakan ekosistem mangrove. Sumber: Kompas.com
Beberapa tahun terakhir, perkembangan peradaban manusia membuat sebagian besar wilayah daratan di sekitar pantai semakin berubah. Permintaan akan taraf hidup yang semakin meningkat membuat masyarakat dunia mulai membuka lahan untuk pemukiman di sekitar wilayah pesisir pantai. Interval antara tahun 1950 hingga 1990 saja telah terjadi perubahan besar-besaran fungsi dari ekosistem pesisir yang berubah fungsi menjadi pusat pemukiman dan bisnis.
 
Beberapa wilayah di negara-negara maju seperti Hongkong, Jepang, Singapura, dan Amerika bahkan telah mencapai puncaknya. Reklamasi besar-besaran di sekitar daerah pesisir pantai telah dilakukan untuk mencukupi kebutuhan manusia akan tempat tinggal dan bisnis. Padahal, ekosistem di daerah pesisir seperti ekosistem mangrove memegang peranan penting dalam keseimbangan lingkungan. Bahkan, ekosistem mangrove telah menjadi suatu kunci dalam kelestarian beberapa spesies fauna akuatik dan terestori yang memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem.
 
Menurut data dari Giri et.al., (2011) mengenai Penyebab utama hilangnya mangrove di Asia Tenggara pada tahun 1975-2005, menyatakan bahwa penyebab utama hilangnya ekosistem mangrove adalah alih fungsi lahan mangrove menjadi lahan untuk aktifitas akuakultur dan pertanian. Indonesia mencatatkan presentase tertinggi sebanyak 65% rusaknya ekosistem mangrove yang diakibatkan oleh aktifitas akuakultur, dan 30% alih fungsi untuk aktifitas pertanian, serta 5% sebagai pembangunan daerah pesisir. Sedangkan Myanmar mencatatkan presentase tertinggi kerusakan mangrove sebanyak 95% untuk aktifitas pertanian dan 5% untuk aktifitas akuakultur.
 
Hilangnya ekosistem mangrove yang diakibatkan dari alih fungsi lahan tentunya sangat mengawatirkan. Padahal, ekosistem mangrove yang terjaga memiliki potensi yang sangat besar seperti pelindung abrasi pantai, pengatur iklim dan siklus hara, rekreasi, dan ekowisata, serta kelestarian keanekaragaman hayati. Potensi ini akan memiliki nilai yang lebih besar jika dilihat dari hasil laut seperti tangkapan ikan yang bertambah karena habitat pemijahannya tetap lesatari.
 
Ada beberapa isu menarik ketika kita mulai membahas tentang ekosistem mangrove. Seperti keragaman taksonomi, bahwa dalam ekosistem mangrove terdapat keragaman fungsional antar spesies yang saling berhubungan dalam ekosistem mangrove. Pengaruh skala spasial, bahwa perbedaan spesies terpengaruh karena letak geografi. Dan, Implikasi untuk konservasi dan restorasi secara monokultur untuk menanam kembali tanaman mangrove.
 
Ekosistem mangrove memiliki pengaruh yang sangat penting bagi keseimbangan lingkungan, karena mangrove menyajikan habitat sebagai spasial yang kompleks. Seperti perlindungan dari predator untuk nekton remaja dalam fungsinya sebagai pembibitan. Berlindung dari kondisi fisik yang ekstrim sebagai keuntungan energit. Peredam aliran air sebagai fungsinya dalam perlindungan daerah pantai. Dan, yang paling penting adalah kontibusinya yang besar dalam penyerapan karbon di lingkungan.
 
Studi menyatakan bahwa fungsi mangrove dalam pelindung kondisi ekstrim seperti tsunami sangatlah besar. Tercatat pada tsunami Aceh tahun 2004, studi yang dilakukan oleh National Geographic yang membandingkan kerusakan pada daerah yang banyak terdapat mangrove dan daerah yang tidak terdapat mangrove perbedaan nilai kerusakannya sangatlah berbeda antara 30%-40% daerah yang tidak terdapat mangrove mengalami kerusakan yang lebih parah. Hal ini memperkuat fungsi dan peran pentingnya mangrove dalam kontribusi menjaga lingkungan dalam fungsinya sebagai pelindung daerah pesisir.
 
Komponen struktur habitat pada ekosistem mangrove antara lain adalah; Skala: ukuran luas untuk mengukur heterogenitas dan kompleksitas,  kompleksitas: kelimpahan absolut struktur per satuan luas, Heterogenitas: kelimpahan relatif komponen struktur yang berbeda per satuan luas, dan Pola: penataan ruang struktur. Komponen struktural Mangrove, misalnya pneumatophores, akar panggung, menawarkan kompleksitas habitat yang berbeda dan heterogenitas bagi organisme pada skala yang berbeda - interaksi ukuran (skala) yang spesifik.
 
Karakteristik spasial lahan basah pesisir sangat mempengaruhi produksi perikanan muara. Konektivitas habitat memegang peran penting dalam mendukung periakanan muara. Perubahan lingkungan di masa depan, misalnya pergeseran pola curah hujan, kenaikan muka air laut dapat mendorong pergeseran dalam habitat metrik spasial dan memodifikasi produktivitas perikanan muara.
 
Ekosistem fungsional muara menawarkan jasa ekosistem kunci seperti menyediakan makanan, mengatur siklus iklim dan nutrisi, dan mendukung perikanan lepas pantai. Memahami efek biogeografi, antropogenik dan pengendalian ekologi sebagai fungsi ekosistem muara dapat memberikan jalan untuk lebih efektif memulihkan, mengelola, atau merekayasa muara untuk layanan tertentu. Pengetahuan tentang bagaimana ekosistem muara menanggapi rehabilitasi atau restorasi tempat-tempat langka  seperti Hong Kong / China bisa menawarkan kesempatan penelitian yang sangat baik.